
Oleh: Fendi, Direktur LAPMI Cabang Mataram.
Ketahanan pangan merupakan isu strategis yang sangat penting bagi keberlanjutan suatu Bangsa. Dalam konteks global yang penuh tantangan, seperti perubahan iklim, krisis energi, hingga dinamika geopolitik, ketahanan pangan menjadi prioritas utama. Namun, keberhasilan dalam menjaga ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah atau inovasi di sektor pertanian, tetapi juga pada peran peran sebagai jembatan informasi dan kontrol sosial. Pers memiliki kemampuan untuk mengedukasi, menginspirasi, dan mengawasi, sehingga mampu berperan aktif dalam mengawal isu-isu ketahanan pangan.
Pers berperan sebagai penyebar informasi yang efektif melalui pemberitaan yang akurat, relevan, dan mudah dipahami, serta pers dapat meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya ketahanan pangan. Informasi mengenai potensi krisis pangan, perubahan pola cuaca yang dapat mempengaruhi produksi, atau kebijakan pemerintah terkait distribusi pangan. Semuanya itu dapat diakses dengan cepat oleh masyarakat. Dengan informasi yang tepat, masyarakat dapat memahami tantangan yang dihadapi dan berperan aktif dalam menjaga ketahanan pangan di lingkungan mereka.
Selain itu, Pers juga berperan sebagai alat advokasi untuk mendorong perubahan kebijakan. Pers memiliki kekuatan untuk menyoroti isu-isu kritis, seperti ketimpangan distribusi pangan, rendahnya kesejahteraan petani, atau ancaman terhadap lahan pertanian produktif. Melalui liputan investigatif dan opini publik, pers dapat menekan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengambil langkah-langkah strategis yang berpihak pada ketahanan pangan nasional. Dengan kata lain, pers mampu menjadi corong suara bagi kelompok-kelompok yang sering terpinggirkan dalam diskursus kebijakan pangan.
Selanjutnya, pers juga berfungsi sebagai sarana edukasi publik. Program-program dokumenter, artikel feature, dan kampanye sosial yang disebarluaskan melalui berbagai platform komunikasi yang dapat meningkatkan literasi pangan di kalangan masyarakat. Edukasi ini penting untuk mendorong perubahan perilaku, seperti mengurangi food waste, mendukung produk lokal, atau mengadopsi pola konsumsi yang lebih berkelanjutan. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga ketahanan pangan, pers secara tidak langsung mendorong terciptanya ekosistem yang mendukung keberlanjutan pangan.
Disamping itu, era digitalisasi saat ini, peran media sosial sebagai pers atau jurnalis warga semakin signifikan dalam mengawal isu ketahanan pangan. Platform, seperti Twitter, Instagram, dan YouTube memungkinkan penyebaran informasi secara masif dan cepat. Aktivisme digital melalui kampanye online, petisi daring, atau diskusi publik di forum-forum virtual dapat membangun kesadaran kolektif dan menggerakkan aksi nyata. Bahkan, para petani dan pelaku usaha pangan lokal kini dapat menggunakan media sosial untuk mempromosikan produk mereka, berbagi pengetahuan, dan membangun jaringan yang mendukung ketahanan pangan di tingkat komunitas hingga global.
Namun, tantangan terbesar bagi pers dalam mengawal ketahanan pangan adalah menjaga kredibilitas dan independensi. Di tengah arus informasi yang begitu deras, pers harus mampu memilah fakta dari hoaks, menghindari bias pemberitaan, dan tidak terjebak dalam kepentingan politik atau ekonomi tertentu. Ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan kepanikan, salah paham, atau bahkan merusak upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas pangan. Oleh karena itu, etika jurnalistik yang kuat menjadi fondasi penting bagi pers dalam menjalankan perannya secara profesionalisme.
Sebagai penutup, peran pers dalam mengawal ketahanan pangan sangatlah vital. Media massa, media elektronik, media online dan media sosial bukan sekadar saluran informasi, melainkan juga agen perubahan sosial yang dapat mempengaruhi kebijakan, mengedukasi publik, dan menggerakkan aksi kolektif.
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pers menjadi kunci utama untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, sudah saatnya pers mengambil peran lebih aktif dan strategis dalam mengawal isu-isu pangan demi masa depan yang lebih baik. (*)
Editor: Suparman
Baca juga: Petani Indonesia Terancam Punah