
Mataram (Tumbuh Media) – Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali menggelar ajang tahunan Lomba Cerdas Cermat Museum (LCCM) yang bertajuk “Mendunia: Mencintai Budaya, Mengenali Indonesia” di Mataram, NTB, Senin (21/02/25).
LCCM tahun ini diadakan dengan semangat baru dan cakupan yang lebih luas. Dirangkaikan dengan kegiatan arkeologi cilik, lomba ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi muda terhadap sejarah, budaya, dan warisan lokal yang tersimpan di museum.
Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya strategis untuk mendekatkan museum kepada masyarakat, terutama generasi muda.
“Kami ingin museum menjadi ruang belajar yang menyenangkan. Melalui lomba ini, kami berharap siswa lebih akrab dengan koleksi dan cerita sejarah yang ada di NTB,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa LCCM tahun ini bukan hanya sekedar lomba tapi juga bagian dari upaya membangun generasi muda yang cerdas, berbudaya, dan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Karena menurutnya, LCCM ini merupakan salah satu bentuk nyata peran museum dalam dunia pendidikan
“Jadi kami ingin museum menjadi ruang belajar yang menyenangkan sekaligus membentuk karakter generasi muda agar mencintai budaya sendiri dan siap menjadi bagian dari dunia global,” tuturnya.
LCCM adalah ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Museum Negeri Nusa Tenggara Barat. Tahun ini, terdapat 54 peserta dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berasal dari 9 kabupaten/kota di NTB. Para peserta yang mengikuti lomba ini adalah siswa-siswi yang terpilih dari seleksi LCCM di tingkat kabupaten/kota.
Plt Kasi Layanan Edukasi, Raden Heru Indriawan menyampaikan kegiatan LCCM ini nantinya akan berlangsung selama tiga hari ke depan dengan rangkaian acara mulai dari pembukaan, babak penyisihan, hingga babak final.
Selain itu, tambahnya, para peserta juga akan diajak untuk belajar arkelogi. Ini menurutnya seagai strategi museum untuk mengajak siswa belajar sambil melakukan peraktik, sehingga dengan rangkain kegiatan ini dapat menjadikan generasi sebagai pewaris dalam pelestarian dan perlindungan sejarah dan kebudayaan.
Sementara itu, Ketua Panitia Arkeolog Cilik, Salsabila Luqiana menyampaikan bahwa di Nusa Tenggara Barat banyak sekali peninggalan artefak-artefak yang masih tertanam dan belum diteliti, sehingga menurutnya LCCM yang dirangkaikan dengan arkeologi cilik ini sebagai kesempatan untuk memperkenalkan kepada siswa-siswi yang mewakili daerahnya supaya wariasan budaya dapat mebangun rasa ingin tahu dengan tujuan membangun kesedaran untuk mempelajri bahwa budaya itu penting bagi kehidupan mereka saat ini dan kehidupan yang akan datang.
“Jadi arkeologi cilik ini sebagai media untuk memperkenalkan ilmu humaniora kepada mereka dan teman-temannya,” tuturnya.
Pada LCCM tahun ini sekolah-sekolah yang terpilih untuk bersain di tingkat provinsi diantaranya, SMPN 2 Dompu, SMPN 4 Kota Bima, SMPN 2 Praya, SMP 4 Manggalewa, SMPN 1 Sumbawa, SMPN 1 Praya, SMPN 1 Parado, MTsN 1 Kota Bima, SMPN 1 Moyo Hulu, SMPN 1 Monta, SMPN 2 Mataram, SMP Aletheia, SMPN 3 Lingsar, SMPN 1 Selong, SMPN 1 Narmada, MTs Temempang Sumbawa Barat, SMPN 1 Aikmel, SMPN 3 Taliwang.